Friday, 12 September 2014

Biografi Habib Umar Bin Hafidz



Suaranya yang lantang, badannya yang tegak dengan dibalut jubah dan sorbannya yang dikenakan semakin menambah kewibaannya. Pribadinya santun dan rendah hati. Beliau memiliki akhlak yang terpuji dan memberikan contoh yang diajarkan Rasulullah dengan perilaku yang nyata pada dirinya. Beliau adalah berkah bagi kaum muslimin saat ini. Nasab beliau adalah: Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abibakar bin Idrus bin Husein bin Syeikh Abibakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbat bin Ali Khali‘ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidallah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidi bin Jakfar Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Habib Umar lahir di Kota Tarim, sebuah kota yang terkenal dengan sebutan “Kota Seribu Wali”. Sebutan itu tidaklah mengada-ada bagi kota tertua di Negeri Hadramaut wilayah Yaman Selatan ini. Dari sinilah banyak bermunculan para auliya’, orang-orang shaleh, ulama yang ikhlas dan mengamalkan ilmunya ke seantero penjuru bumi. Mereka terdiri dari golongan kaum yang dekat dengan Allah. Salah satunya adalah Habib Umar bin Hafidz yang lahir di Tarim pada hari Senin, 4 Muharram 1388 H bertepatan dengan 27 Mei 1963 M, sebelum fajar. Beliau dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan cahaya keilmuan yang diwarisi dari para keturunan suci dan mulia. Di kota inilah beliau tumbuh dalam didikan keluarga yang penuh dengan keimanan, ketakwaan, ilmu dan akhlak yang luhur. Sedari kecil beliau ditanamkan nilai-nilai kebajikan yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau tumbuh dalam lingkungan Ahlussunnah wal jama’ah, yang bermadzhabkan Syafi’i dengan Thariqah Bani Alawi, sebagaimana para leluhurnya yang mulia. Guru pertama beliau tak lain adalah ayahnya sendiri Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz, seorang Mufti Kota Tarim yang juga merupakan pejuang. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidupnya demi tersebarnya syiar Islam, berani mengatakan kebenaran dan mengajarkan hukum-hukum suci nan mulia dalam Islam. Pada saat itu negeri Yaman Selatan dikuasai oleh Uni Soviet yang berfaham komunis dan anti agama. Musuh utama mereka adalah para ulama Islam yang merupakan penghalang besar bagi penyebaran ideologi mereka. Melihat sepak terjang Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz (ayah Habib Umar), Komunis menganggap beliau merupakan batu sandungan mereka. Maka pada suatu waktu dalam masjid, ketika Habib Umar sedang menemani ayahnya untuk menunaikan Shalat Jumat, Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz diculik oleh gerombolan komunis, kain Habib Umar kecil pun kemudian pulang ke rumahnya sendirian dengan membawa rida’ milik ayahnya. Sejak saat itu Habib Umar tak pernah lagi melihat sang ayah hingga saat ini. Semenjak kecil, Habib Umar tumbuh menjadi seorang Yatim. Namun keyatiman beliau tidak menghalangi sedikitpun langkahnya untuk menuntut ilmu. Memang jika kita pelajari jejak langkah para ulama dan habaib terdahulu, khususnya yang berada di Kota Tarim, mereka tidak khawatir akan masa depan pendidikan anak-anaknya, bilamana mereka meninggal dan anak-anaknya masih kecil..Hal itu tidak lain karena mereka telah melakukan kaderisasi serta mujahadah dan doa yang tulus, agar kelak para keturunannya dapat istiqamah mengikuti ajaran dan tuntutan para pendahulunya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Semua itu juga didukung oleh lingkungan yang kondusif di Kota Tarim yang aman dari segala bentuk kemaksiatan. Jadi tidaklah mengherankan, jika kemudian Habib Umar kecil yang yatim kemudian tumbuh menjadi sosok pemuda yang gemar mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Bakat dan kecerdasan beliau yang merupakan hasil didikan ruhani dan jasmani dari ayahanda dan para gurunya telah menjadikannya mampu menghafal Al-Qur’an pada usia ya

posted from Bloggeroid

No comments:

Post a Comment